Gubernur dan Ketua TP PKK Provinsi Lampung Shalat Ied di Lapangan Saburai Enggal

BANDAR LAMPUNG302 Dilihat

Bandar Lampung ( Journalmedia.id ) – Gubernur Arinal Djunaidi dan Ketua TP PKK Provinsi Lampung, Riana Sari Arinal, bersama dengan Jajaran Forkopimda dan sejumlah Pejabat Tinggi Pratama di lingkungan Pemerintah Provinsi Lampung, melaksanakan Salat Id Hari Raya Idul Adha 1444 H di Lapangan Saburai Enggal, Kamis (29/06/2023).

Khatib pada kesempatan tersebut adalah Ketua MUI Provinsi Lampung, H. Mukri, sedangkan Imam Kepala KUA Rajabasa, H. Hasbuna. Yang juga turut dihadiri Kepala Kanwil Kemenag Provinsi Lampung, Puji Raharjo.

Dalam khotbahnya, H. Moh. Mukri mengajak seluruh jemaah untuk terus meningkatkan ketakwaan kepada Allah sebagai wujud syukur atas semua karunia. Menurut H. Moh. Mukri, tingkat ketakwaan dapat terlihat dari sejauh mana komitmen kita dalam menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Hari raya Idul Adha menjadi waktu yang tepat untuk melakukan introspeksi terhadap perbuatan kita selama ini.

“Jika kita masih sering meninggalkan ibadah dan melakukan hal-hal yang dilarang, seperti berbuat jahat kepada orang lain, maka perlu untuk mengevaluasi tingkat ketakwaan kita dan segera kembali kepada jalan yang benar,” ujar Ketua MUI Provinsi Lampung.

Ketua MUI Provinsi Lampung melanjutkan bahwa nilai toleransi dalam ibadah kurban juga terlihat melalui kebaikan yang dilakukan umat Islam dengan berbagi rezeki kepada orang lain. Daging hewan kurban dibagikan kepada umat Islam maupun umat agama lain. Dengan menjalin hubungan sosial dan persaudaraan yang kuat tanpa memandang suku, bangsa, dan agama, sikap toleransi dapat berkembang dengan subur.

“Ini adalah bukti bahwa Islam adalah agama rahmatan lil’alamin yang sejalan dengan semboyan negara kita, Bhineka Tunggal Ika,” ungkapnya.

Toleransi adalah nilai penting yang harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, terutama di tengah keberagaman yang ada di Provinsi Lampung. Nilai-nilai toleransi sangat penting untuk memperkuat kerukunan dan kedamaian. Hal ini akan berdampak positif pada kelangsungan dan keberhasilan pembangunan.

Keragaman suku, bahasa, budaya, dan pandangan adalah keniscayaan dan sudah menjadi sunnatullah. Namun, keragaman tersebut tidak boleh menjadi sumber konflik dengan munculnya sikap intoleransi, ketidakpenghargaan, dan kesenangan dalam menyalahkan orang lain. Sebaliknya, keragaman tersebut harus dikelola dengan baik agar menjadi kekayaan sosial yang semakin memperindah suasana dan memberikan manfaat bagi semua.

“Sebagai umat Islam yang merupakan mayoritas di negara ini, kita harus mampu menunjukkan kekompakan, persatuan, dan tidak terpecah-belah, sehingga hal ini akan berdampak pada persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia,” tegas H. Moh. Mukri.

Menjelang tahun politik 2024, di mana akan diadakan pesta demokrasi untuk memilih wakil rakyat dan pemimpin negara, perbedaan pilihan adalah suatu kenyataan. Namun, perbedaan tersebut tidak boleh menyebabkan polarisasi dalam masyarakat, dengan saling mencela, melakukan provokasi, menyebarkan ujaran kebencian, atau menyebarkan hoaks.

“Kita juga harus menghindari penggunaan politik identitas, terutama identitas agama, untuk kepentingan politik praktis. Agama harus menjadi solusi bagi berbagai permasalahan, bukan sumber konflik dan masalah,” pesan Ketua MUI Provinsi Lampung.

“Adalah penting bagi kita semua untuk belajar dari pengalaman masa lalu agar kita menjadi lebih baik di masa depan,” tambahnya.

Pada akhir khotbahnya, Ketua MUI Provinsi Lampung mengajak seluruh jemaah dan masyarakat untuk menjaga sikap tawasuth (moderat), tasamuh (toleran), tawazun (seimbang), dan i’tidal (adil) dalam kehidupan beragama, berbangsa, dan bernegara. Nilai-nilai toleransi dan moderasi merupakan warisan yang telah diwariskan oleh leluhur bangsa Indonesia dan menjadi kekuatan penting bagi bangsa dalam menghadapi perubahan zaman.

“Ada banyak nilai-nilai luhur yang dapat kita petik dari rangkaian ibadah di bulan Dzulhijjah, terutama pada momen hari raya Idul Adha. Semoga Provinsi Lampung tetap menjadi daerah yang rukun, damai, dan sejahtera, sehingga Negara Kesatuan Republik Indonesia menjadi negara yang kuat dan mampu merawat jagat serta membangun peradaban,” tutupnya. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *